Dan inilah karya ku disaat bengongtanpakerjaanmenghampiri ^^
ketika buku, film, musik serta banyak hal lain tertuang dalam sebuah tulisan maka saat itulah DuniaKu berwarna...
Selasa, 25 Juni 2013
Kamis, 20 Juni 2013
Libur Tlah Tiba...Hore Hore Hore...
Libur tlah tiba, libur tlah tiba
Hore hore hore
Simpanlah tas dan bukumu
Simpanlah keluh kesahmu
Libur tlah tiba, libur tlah tiba
Hati ku gembira
Tahu kan
lagu yang pernah dinyanyikan Tasya ini? Kayaknya anak sekolah udah siap-siap
menyanyikan lagu ini ya. Mereka udah mau libur kenaikan kelas. Deuh...senengnya
yang mau libur. Tapi buat yang siswa besar alias mahasiswa kayaknya malah baru
mau ujian akhir semester ni. Gak
sinkron tu kalau punya anak satu sekolah satu kuliah, gimana liburannya. Tapi ke-gak-sinkronan itu cuma buat yang mau
liburan aja, yang mau diem di rumah malah enak karna gak pake bingung. Kekeke.
Habis baca
berita online isinya tentang perencanaan liburan. Mau kemana, budget berapa atau berapa lama liburan
disesuaikan dengan kebutuhan dan budget
masing-masing keluarga pastinya. Buat keluarga ber-uang ke luar negeri bisa jadi pilihan, buat yang tidak cukup
puter-puter dalam kota asal bisa seneng juga sudah cukup menurutku. ^^
Dan ortu ku
termasuk ortu yang tidak merencanakan liburan sekolah untuk bersenang-senang
apalagi ke luar kota. Tapi tidak masalah buat ku karena tidur di rumah
sepanjang liburan, menonton tv dari pagi sampai malam, tidak perlu belajar atau
membuat PR sudah membuatku senang. Kekeke.
How about me now? Orang kerja gak punya
libur semester kecuali tanggal merah dan libur yang paling panjang adalah libur
lebaran. Hmm...jadi masih besok Agustus ni liburan ku. Gimana kalau ambil cuti?
Andai saja bisa sudah ku ambil dari kemarin-kemarin dan pasti sudah ku gunakan
untuk melanglangbuana bareng si unnie.
Jadi buat
yang mau liburan, met bersenang-senang yaaa. Buat yang mau ujian semester ya
belajar aja biar gak clingak-clinguk
pas hari-H ujian, tar ditegur pengawas lho. Masih untung kalau pengawas cuma
negur. Coba kalau dicatat, bisa langsung dapat nilai F tanpa kompromi tu. Dan
buat ku bekerjalah yang baik dengan disertai senyuman.... ^^
sumber: Google |
Selasa, 18 Juni 2013
Internet oh Internet
Pagi ini seperti biasa, *sebenarnya menurutku ini kebiasaan buruk ^^, sebelum ketumpuk
kerjaan menyempatkan nengok berita di dunia maya dulu. Biasanya begitu browser diklik langsung menyambung ke
suatu web address. Tapi kali ini yang
muncul adalah kotak yang minta diisi user
nama dan passwordnya. Karena
tidak berhasil masuk ke dunia maya ya sudahlah, ditinggal kerja dulu. Mungkin
server sedang bermasalah.
Tapi setelah beberapa menit kemudian masnya
bagian IT kantor muterin selebaran ke semua bagian. Diselebaran ditulis bahwa
mulai hari ini jika ingin menggunakan internet kantor maka harus login dulu
menggunakan akun masing-masing personal. Alias dengan menggunakan NIK dan password masing-masing. Deong
doooonng....!!
Gimana jadinya nasibku selama di kantor? Jadi
bisa ketinggalan banyak info dunk. Hehehe. Info yang cenderung tidak penting
pastinya. Tapi bisa menjadi sesuatu yang penting bangeeett buat ku.
Sebenarnya masih bisa untuk browsing-browsing gak penting itu. Tapi
kalau dengan cara login berarti server pusat merekam apa saja yang aku buka
kan. Lebih tepatnya mereka bisa tahu bahwa aku, pegawai dengan NIK sekian,
telah berselancar kemana saja. Deuh...ketahuan dunk. ^^
Sebenarnya itu bagus untuk kantor. Karena bisa
mengurangi penyalahgunaan fasilitas kantor dan bisa mengurangi biaya internet
kantor. Terutama download untuk
keperluan pribadi yang menurutku paling banyak dimanfaatkan. Gimana gak
keasyikan download dari kantor, wong aksesnya cepet gitu. Hehehe. Penyalahgunaan
yang ini aku bukan termasuk didalamnya lho ^^.
Hmmm...memang semua demi kebaikan kantor ya.
Terus kebaikan pegawai dimana? Kekeke. Yaaa nikmati saja, toh dirumah masih
bisa berselancar sepuasnya ^^.
sumber: Google |
Rantau 1 Muara
Selesai pertukaran pelajar di Kanada, Alif
kembali melanjutkan kuliahnya di Bandung. Dengan kerja kerasnya Alif pun meraih
gelar sarjananya. Setelah dari Bandung, Alif kembali merantau ke Jakarta. Kali
ini untuk bekerja di sebuah majalah. Banyak ilmu yang Alif dapat dari bekerja
di majalah tersebut. Namun semangatnya untuk kembali merasakan bangku kuliah
tidak padam.
Dengan perjuangan yang tidak mudah Alif
berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah S2 di Amerika Serikat, negara
impiannya sejak di Pondok Madani. Dengan bantuan dari teman-temannya termasuk
Dinara, Alif pun berangkat juga ke AS.
Dinara, nama yang selalu ada di hati Alif. Dan
dengan keberaniannya Alif pun melamar Dinara. Setelah menikah Dinara ikut
bersama Alif merantau di Washington DC. Dan setelah Alif selesai S2, meraka
sama-sama bekerja di sebuah media di AS. Mereka pun sangat kompak dalam urusan
liputan. Kehidupan indah di AS pun mereka jalani. Namun setelah merantau
beberapa tahun di AS mereka memutuskan untuk kembali ke Indonesia. END.
Akhirnyaaaaaaaaaa........buku ketiga ini
keluar juga. Harusnya tahun kemarin kan ya keluarnya? Setahu ku begitu. Tapi
tak apa. Lebih baik terlambat daripada tidak. Kekeke. Inti ceritanya seperti
apa yang aku tulis diatas. Tapi pastinya masih banyak hal-hal menarik, seru,
sedih dan menyentuh lainnya.
Bagaimana Alif berjuang untuk lulus S1.
Bagaimana susahnya Alif mencari pekerjaan ditengah krisis ekonomi yang melanda
Indonesia. Serunya liputan-liputan yang dilakukan Alif dan teman-teman. Bagaimana
usaha keras Alif hingga meraih beasiswa S2 nya. Maju mundurnya Alif menyatakan
perasaannya ke Dinara. Peristiwa runtuhnya WTC yang meninggalkan duka untuk
Alif. Kehidupan awal di Washington yang tidak mudah bersama Dinara hingga
akhirnya merasakan kehidupan kelas menengah. Dan keputusan pulang yang akhirnya
diambil oleh Alif.
Dibanding dua buku sebelumnya buat ku buku ketiga
ini yang paling te oo pe *TOP. Kali
ini dengan mantra man saara ala darbi
washala, siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ke tujuan. Menurutku
maksud mantra ini siapa yang berjalan dengan benar sesuai arah tujuan yang akan
dicapai maka dia pun akan sampai tepat ditujuan yang dia kehendaki. Gitu gak
ya? ^^
sumber: Google |
Busy
Setelah tetangga sebelah bikin tulisan tentang sibuk, aku mau nulis tentang sibuk dari sudut pandang lain. Banyak pekerjaan, pekerjaan numpuk, lembur sampai malam, bahkan tidak sempat makan, mungkin begitu tingkah laku orang yang disebut sibuk kerja. Tapi ada satu hal yang biasanya juga dilakukan orang sibuk kerja. Susah senyum. ^^
Kalau sedang sibuk muka serius banget. Kadang malah berasa cemberut atau kayak orang marah. Bahkan mata tidak berkedip menatap layar monitor komputer. Temanku sampai pernah nyelutuk “nah itu tu yang bikin monitor suka rusak, dipelototin terus c”. Kekeke. Ngawur pake banget emang tu orang. Padahal orang bagian IT lho.
Juga jarang bicara bahkan dengan teman seruangan atau sebelahnya. Hal ini bagi orang lain yang melihat mungkin seperti sedang marahan. Bicara seperlunya, kalau tidak butuh bicara ya tidak. Hmm...dan itu terjadi padaku berapa hari yang lalu. Si bos yang duduknya cuma selisih beberapa meja dari aku lagi puasa bicara kayaknya. Aku pun ikut gak ngomong ke bos kecuali memang ada yang tidak aku mengerti *sebenernya juga kesel c sama boss, jadi sekalian aja gak usah diajak ngomong #curcol ^^.
Ada satu teman yang punya kebiasaan, setiap lewat depan mejaku dia selalu bilang “Ann...inget smileee” sambil menarik kedua ujung bibirnya keatas. Kadang sebelum dia bilang seperti itu aku sudah senyum duluan. Tapi hari itu berkali-kali dia bilang smile tetap saja aku tidak menunjukkan senyumku. Kekeke. *emang sengaja
Jadi masih bisakah senyum disaat sibuk? Seharusnya masih... ^^
sumber: Google |
Jumat, 07 Juni 2013
Kunci vs Aku
Sudah pernah mematahkan kunci pintu? Mungkin beberapa sudah
pernah. Entah kuncinya yang terlalu tipis sehingga mudah patah atau tangan yang
mengunci yang terlalu kuat. Dan itu terjadi padaku sebanyak dua kali. Aku berharap
cukup sampai dua kali saja, jangan berlanjut kunci yang lain jadi korban.
Yang pertama kunci ruangan di kantor. Memang pintu kantor
agak susah kalau dikunci, seret kalau
boso jawanya. itu sudah beberapa hari
lamanya. Tapi karena selalu berhasil mengunci dengan baik walopun susah, jadi
ya didiamkan saja lubang kuncinya. Seharusnya kan disemprot minyak biar ilang
seretnya.
Hari itu aku menjadi panitia diruang auditorium lantai tiga.
Teman-teman seruangan menjadi pesertanya, hasilnya ruangan kosong dan mesti
dikunci. Karena ada yang mau aku ambil, aku turun ke ruanganku yang di lantai
satu. Pas mengunci pintu seretnya kumat. Aku pun memaksa untuk mengunci. Hasilnya...kleekk...kunci
patah. Padahal aku harus segera naik ke lantai tiga. Terus??
Satpam yang punya kunci serepnya pun ku telpon dan ku minta
ngurus kunci patah. Dan ku tinggal begitu saja ke lantai tiga. *hehe...maaf ya pak satpam, yang salah saya
tapi bapak yang menanggung. Tidak lama aku harus turun lagi ke ruangan. Dan
kasus kunci patah ternyata sudah selesai dengan baik. Sisa kunci yang masih
menggantung di pintu sudah bisa dikeluarkan. Untung aku punya dua kunci
ruangan. Jadi tidak perlu ke tukang kunci membuat duplikatnya. Pak satpam pun
bilang “besok kuncinya jangan dipatahin lagi ya mbak” sambil senyum agak ngece. Aku pun cuma pamer gigi.
Kasus kedua terjadi belum lama. Ditengah senam jantung
gara-gara temen belum dapat taksi padahal jam ckeck in pesawat sudah tingkat
akhir, kejadian kunci patah terulang. TKP nya adalah pintu kamar adek kost yang
ternyata seret juga ditanganku waktu
mau dikunci. Karena terburu-buru dan belum akrab dengan cara menguncinya,
hasilnya kunci kembali patah ditanganku. Deuh...apalagi ini. Sudah terburu-buru
malah kunci patah. Padahal pemilik kamar sudah pergi duluan. Dan aku
bertanggungjawab buat mengunci pintu sebagai penghuni terakhir.
Pinjam ibu kost. Itu satu-satunya cara yang paling cepat. Dan
untungnya ibu kost memang punya kunci cadangan itu. Cuma maaf dan muka melas
yang bisa ku setorkan ke pemilik kamar. ‘maaf
ya pintu kamarmu ku patahin :(’.
Sebenarnya kuncinya yang terlalu tipis atau aku yang terlalu
kuat? Sudah dua kunci yang patah ditanganku. Akankah ada korban selanjutnya? I hope not.. ^^
sumber: Google |
Selasa, 04 Juni 2013
Finally...She Had To Go
Setelah kurang lebih delapan tahun mengembara di pulau
seberang, tiba juga saatnya untuk pulang. Hari yang, entah diharapkan atau
justru tidak diharapkan, sudah di depan mata. Agenda-agenda yang belum selesai
harus segera diselesaikan as soon as
possible. Banyak hal yang belum selesai namun harus segera selesai. Waktu
yang diberikan perusahaan tempat dia di terima kerja seharusnya cukup.
Perlengkapan untuk masuk kerja juga perlu disiapkan.
Terutama berhubungan dengan penampilan. Blazer, kemeja, sepatu sampai alat make
up itu penting. Tampil rapi dan menarik diperlukannya saat memulai kerja.
Delapan tahun bukan waktu yang singkat, apalagi untuk berkenalan
dengan banyak orang. Orang dengan budaya berbeda bisa menjadi saudara. Orang
dari daerah lain bisa menjadi teman. Orang dengan usia yang beragam bisa
menjadi sahabat. Ditengah tawa dan tangis, merekalah yang berada disampingnya.
Packing. Itu hal
yang melelahkan namun harus dilakukan. Setelah mengembara delapan tahun
seberapa banyak barang yang harus dia angkut pulang? Lebih dari tujuh kardus.
Beberapa hari packing ternyata belum
selesai juga di hari H kepulangan. Barang-barang yang akan ‘diwariskan’ untuk
adik-adik pun masih belum selesai dibagi. Yasudah...pasrah saja.
Banyak hal yang akan dia rindukan dari perantauannya selama
ini. Berbagai macam teman dengan tingkahnya yang beragam. Teman yang tidak
hanya memberinya keceriaan namun juga teman untuk berbagi ilmu. Kenyamanan kota
ini yang membuatnya betah, terutama kemudahan akses internet. Kebebasan yang
membuatnya bisa berekspresi dengan nyaman.
Dan hari itu teman, yang sudah seperti saudara untuknya,
mengantarnya ke bandara. Taksi yang diharapkan bisa mengantar ternyata tak
kunjung datang. Padahal waktu check in sudah
mepet atau malah sudah menunjukkan
waktu terlambat. Haruskah dia gagal terbang?
Nasib baik masih berpihak padanya. Seorang teman bisa
mengantarnya dengan mobil pribadinya. Untuk ke bandara tidak mungkin
menggunakan motor karena koper yang dibawanya sudah diprediksi over load. Dan benar saja, saat check in koper yang dia bawa memang over load. Itu belum termasuk tiga tas
yang dia jinjing dan masuk kabin penumpang.
Dan setelah menyalami teman satu per satu dia pun masuk ke waiting room karena sudah ada
pemberitahuan dari pihak bandara. Delapan tahun yang penuh kenangan dan
perjuangan telah berlalu...and finally
she had to go... ^^
dan punggung merah itu hilang ditelan kerumunan orang |
Langganan:
Postingan (Atom)