Sudah pernah mematahkan kunci pintu? Mungkin beberapa sudah
pernah. Entah kuncinya yang terlalu tipis sehingga mudah patah atau tangan yang
mengunci yang terlalu kuat. Dan itu terjadi padaku sebanyak dua kali. Aku berharap
cukup sampai dua kali saja, jangan berlanjut kunci yang lain jadi korban.
Yang pertama kunci ruangan di kantor. Memang pintu kantor
agak susah kalau dikunci, seret kalau
boso jawanya. itu sudah beberapa hari
lamanya. Tapi karena selalu berhasil mengunci dengan baik walopun susah, jadi
ya didiamkan saja lubang kuncinya. Seharusnya kan disemprot minyak biar ilang
seretnya.
Hari itu aku menjadi panitia diruang auditorium lantai tiga.
Teman-teman seruangan menjadi pesertanya, hasilnya ruangan kosong dan mesti
dikunci. Karena ada yang mau aku ambil, aku turun ke ruanganku yang di lantai
satu. Pas mengunci pintu seretnya kumat. Aku pun memaksa untuk mengunci. Hasilnya...kleekk...kunci
patah. Padahal aku harus segera naik ke lantai tiga. Terus??
Satpam yang punya kunci serepnya pun ku telpon dan ku minta
ngurus kunci patah. Dan ku tinggal begitu saja ke lantai tiga. *hehe...maaf ya pak satpam, yang salah saya
tapi bapak yang menanggung. Tidak lama aku harus turun lagi ke ruangan. Dan
kasus kunci patah ternyata sudah selesai dengan baik. Sisa kunci yang masih
menggantung di pintu sudah bisa dikeluarkan. Untung aku punya dua kunci
ruangan. Jadi tidak perlu ke tukang kunci membuat duplikatnya. Pak satpam pun
bilang “besok kuncinya jangan dipatahin lagi ya mbak” sambil senyum agak ngece. Aku pun cuma pamer gigi.
Kasus kedua terjadi belum lama. Ditengah senam jantung
gara-gara temen belum dapat taksi padahal jam ckeck in pesawat sudah tingkat
akhir, kejadian kunci patah terulang. TKP nya adalah pintu kamar adek kost yang
ternyata seret juga ditanganku waktu
mau dikunci. Karena terburu-buru dan belum akrab dengan cara menguncinya,
hasilnya kunci kembali patah ditanganku. Deuh...apalagi ini. Sudah terburu-buru
malah kunci patah. Padahal pemilik kamar sudah pergi duluan. Dan aku
bertanggungjawab buat mengunci pintu sebagai penghuni terakhir.
Pinjam ibu kost. Itu satu-satunya cara yang paling cepat. Dan
untungnya ibu kost memang punya kunci cadangan itu. Cuma maaf dan muka melas
yang bisa ku setorkan ke pemilik kamar. ‘maaf
ya pintu kamarmu ku patahin :(’.
Sebenarnya kuncinya yang terlalu tipis atau aku yang terlalu
kuat? Sudah dua kunci yang patah ditanganku. Akankah ada korban selanjutnya? I hope not.. ^^
sumber: Google |
wkwkwkkwk
BalasHapusjadi sebelum kejadian kuncinya de dongseng, dah ada korbannya to..
wkwkwk
klo gol dar B sih y, katanya ceroboh...
tp ya ga semua.. semuanya salah.. wkwkwk
alias sptnya ada benernya..
#ngacir
iya,,itu sudah korban kedua.gak usah ada korban ketiga dan seterusnya lah.makanya kalo bikin kunci yang tebel dunk.masa sama tangan kecil begini pada kalah *pembelaan diri ^^
BalasHapus