Pages

Jumat, 07 Juni 2013

Kunci vs Aku



Sudah pernah mematahkan kunci pintu? Mungkin beberapa sudah pernah. Entah kuncinya yang terlalu tipis sehingga mudah patah atau tangan yang mengunci yang terlalu kuat. Dan itu terjadi padaku sebanyak dua kali. Aku berharap cukup sampai dua kali saja, jangan berlanjut kunci yang lain jadi korban.

Yang pertama kunci ruangan di kantor. Memang pintu kantor agak susah kalau dikunci, seret kalau boso jawanya. itu sudah beberapa hari lamanya. Tapi karena selalu berhasil mengunci dengan baik walopun susah, jadi ya didiamkan saja lubang kuncinya. Seharusnya kan disemprot minyak biar ilang seretnya.

Hari itu aku menjadi panitia diruang auditorium lantai tiga. Teman-teman seruangan menjadi pesertanya, hasilnya ruangan kosong dan mesti dikunci. Karena ada yang mau aku ambil, aku turun ke ruanganku yang di lantai satu. Pas mengunci pintu seretnya kumat. Aku pun memaksa untuk mengunci. Hasilnya...kleekk...kunci patah. Padahal aku harus segera naik ke lantai tiga. Terus??

Satpam yang punya kunci serepnya pun ku telpon dan ku minta ngurus kunci patah. Dan ku tinggal begitu saja ke lantai tiga. *hehe...maaf ya pak satpam, yang salah saya tapi bapak yang menanggung. Tidak lama aku harus turun lagi ke ruangan. Dan kasus kunci patah ternyata sudah selesai dengan baik. Sisa kunci yang masih menggantung di pintu sudah bisa dikeluarkan. Untung aku punya dua kunci ruangan. Jadi tidak perlu ke tukang kunci membuat duplikatnya. Pak satpam pun bilang “besok kuncinya jangan dipatahin lagi ya mbak” sambil senyum agak ngece. Aku pun cuma pamer gigi.

Kasus kedua terjadi belum lama. Ditengah senam jantung gara-gara temen belum dapat taksi padahal jam ckeck in pesawat sudah tingkat akhir, kejadian kunci patah terulang. TKP nya adalah pintu kamar adek kost yang ternyata seret juga ditanganku waktu mau dikunci. Karena terburu-buru dan belum akrab dengan cara menguncinya, hasilnya kunci kembali patah ditanganku. Deuh...apalagi ini. Sudah terburu-buru malah kunci patah. Padahal pemilik kamar sudah pergi duluan. Dan aku bertanggungjawab buat mengunci pintu sebagai penghuni terakhir.

Pinjam ibu kost. Itu satu-satunya cara yang paling cepat. Dan untungnya ibu kost memang punya kunci cadangan itu. Cuma maaf dan muka melas yang bisa ku setorkan ke pemilik kamar. ‘maaf ya pintu kamarmu ku patahin :(’.

Sebenarnya kuncinya yang terlalu tipis atau aku yang terlalu kuat? Sudah dua kunci yang patah ditanganku. Akankah ada korban selanjutnya? I hope not.. ^^

sumber: Google

2 komentar:

  1. wkwkwkkwk
    jadi sebelum kejadian kuncinya de dongseng, dah ada korbannya to..
    wkwkwk
    klo gol dar B sih y, katanya ceroboh...
    tp ya ga semua.. semuanya salah.. wkwkwk
    alias sptnya ada benernya..
    #ngacir

    BalasHapus
  2. iya,,itu sudah korban kedua.gak usah ada korban ketiga dan seterusnya lah.makanya kalo bikin kunci yang tebel dunk.masa sama tangan kecil begini pada kalah *pembelaan diri ^^

    BalasHapus