Pages

Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Story. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 September 2016

Kadoku




Sebutlah Bibi itu bulek yang suka ngusilin ponakannya. Sebutlah Khay itu ponakan yang masih kecil dan lugu.
Bibi         : Met ultah ya Khay...jadi anak sholehah..
Khay      : makasi Bibi. Kadoku mana Bi’?
Bibi         : pake kado tho?
Khay      : yaiyalah...namanya juga anak kecil
Bibi         : yaa...besok kalo ketemu ya

Beberapa hari kemudian mereka bertemu.
Bibi         : Khay, ultahmu udah lewat tho. sekarang kan udah gak ultah lagi. Jadi gak ada kado yaa..
Khay      : .................. (bitter smile)
Bibi         : (evil smile)

Beberapa menit kemudian.
Khay      : Yah...kata bibi ultahnya udah lewat jadi gak ada kado
Ayah      : ya gak apa-apa
Eyang    : aah...paling kamu dikerjain bibi tu

Beberapa jam kemudian.
Bibi         : Khay..., ni bibi kasi uang ya. kadonya beli sendiri aja terserah mau apa (senyum manis)
Khay      : (terima uang sambil senyum sumringah). Makasi bibi..

Beberapa menit kemudian.
Ayah      : uang dari sapa tu?
Khay      : dari bibi. Uuhh...bibi tu lho sukanya pake rahasia-rahasiaan. Tapi untung dikasi
Eyang    :  :D :D
Khay      : bi’...uangnya buat beli McD yaa
Bibi         : boleh...

sumber: Google


Selasa, 13 Januari 2015

One Fine Day


sumber: Google

Path of God.

Ketika hari itu diingat ternyata sudah hampir sepuluh tahun yang lalu. Ketika kami masih berusia belasan tahun. Ketika kami masih bersepatu kets, bertas ransel dan berkaos. Tidak saling mengenal diawal pertemuan sampai akhirnya kami bahkan hampir selalu bersama setiap hari, untuk belajar ataupun bermain.

Ketika hari itu diingat rasanya seperti ingin kembali ke masa itu. Bukan hanya hari-hari dimana kami tertawa bersama, bermain Pizza Frenzy, bermain ke Timezone atau pergi nonton, tapi juga disaat mengerjakan tugas kuliah yang menguras otak, yang membuat kami harus lebih memilih ke perpustakaan daripada ke mall, harus lebih memilih berhadapan dengan angka-angka yang kurang bersahabat untuk dihitung daripada menyelesaikan misi Dinner Dash.

Ketika hari itu diingat kami tidak pernah tahu bahwa beberapa tahun kemudian kami memiliki jalan yang berbeda, jalan pilihan kami yang harus kami lanjutkan. Terbiasa satu kota, satu kampus, satu tempat nongkrong, dan satu tempat makan. Dan kata satu itu pun berubah menjadi kata ‘beda’. Karena terpisah oleh jarak, mileage...

Ketika hari itu diingat ternyata banyak yang sudah kami lalui. Dan dari waktu sepuluh tahun itu terasa seperti baru kemarin kami bertemu. It’s all about fate. It's path of God. Let's continue this path ^^

<<13-01-15>>

Selasa, 04 Juni 2013

Finally...She Had To Go



Setelah kurang lebih delapan tahun mengembara di pulau seberang, tiba juga saatnya untuk pulang. Hari yang, entah diharapkan atau justru tidak diharapkan, sudah di depan mata. Agenda-agenda yang belum selesai harus segera diselesaikan as soon as possible. Banyak hal yang belum selesai namun harus segera selesai. Waktu yang diberikan perusahaan tempat dia di terima kerja seharusnya cukup. 

Perlengkapan untuk masuk kerja juga perlu disiapkan. Terutama berhubungan dengan penampilan. Blazer, kemeja, sepatu sampai alat make up itu penting. Tampil rapi dan menarik diperlukannya saat memulai kerja.

Delapan tahun bukan waktu yang singkat, apalagi untuk berkenalan dengan banyak orang. Orang dengan budaya berbeda bisa menjadi saudara. Orang dari daerah lain bisa menjadi teman. Orang dengan usia yang beragam bisa menjadi sahabat. Ditengah tawa dan tangis, merekalah yang berada disampingnya.

Packing. Itu hal yang melelahkan namun harus dilakukan. Setelah mengembara delapan tahun seberapa banyak barang yang harus dia angkut pulang? Lebih dari tujuh kardus. Beberapa hari packing ternyata belum selesai juga di hari H kepulangan. Barang-barang yang akan ‘diwariskan’ untuk adik-adik pun masih belum selesai dibagi. Yasudah...pasrah saja.

Banyak hal yang akan dia rindukan dari perantauannya selama ini. Berbagai macam teman dengan tingkahnya yang beragam. Teman yang tidak hanya memberinya keceriaan namun juga teman untuk berbagi ilmu. Kenyamanan kota ini yang membuatnya betah, terutama kemudahan akses internet. Kebebasan yang membuatnya bisa berekspresi dengan nyaman.

Dan hari itu teman, yang sudah seperti saudara untuknya, mengantarnya ke bandara. Taksi yang diharapkan bisa mengantar ternyata tak kunjung datang. Padahal waktu check in sudah mepet atau malah sudah menunjukkan waktu terlambat. Haruskah dia gagal terbang?

Nasib baik masih berpihak padanya. Seorang teman bisa mengantarnya dengan mobil pribadinya. Untuk ke bandara tidak mungkin menggunakan motor karena koper yang dibawanya sudah diprediksi over load. Dan benar saja, saat check in koper yang dia bawa memang over load. Itu belum termasuk tiga tas yang dia jinjing dan masuk kabin penumpang.

Dan setelah menyalami teman satu per satu dia pun masuk ke waiting room karena sudah ada pemberitahuan dari pihak bandara. Delapan tahun yang penuh kenangan dan perjuangan telah berlalu...and finally she had to go... ^^

dan punggung merah itu hilang ditelan kerumunan orang

Rabu, 05 September 2012

Story 1



Jobseeker adalah pekerjaan yang menjemukan. Begitu kah? Keluar masuk perusahaan untuk memasukkan lamaran, mengirim puluhan CV dan surat lamaran, bolak-balik mengikuti ujian sesuai jadwal, berulang kali wawancara namun hasilnya ‘maaf anda belum beruntung’. Sabar, sabar dan sabar. Itu yang selalu orang katakan jika sedang mengeluh.

Dan akhirnya hari dimana mereka berkata ‘selamat anda diterima’ datang juga. Entah sudah berapa lembar lamaran yang dikirim, berapa kali mesti melegalisasi ijazah, berapa kali keluar masuk kantor pos untuk mengirim lamaran, sudah tidak ingat. Yang diingat hanyalah rasa syukur akhirnya usaha ini terjawab.

Hari pertama menuju tempat mencari sekeping logam untuk bertahan hidup dimulai. Berbekal surat penempatan kerja dari kantor pusat, melajulah segera ke tempat unit kerja itu. Sebuah gedung bertingkat yang tidak terlalu megah. Namun terlihat nyaman walopun berada dipinggir jalan yang tidak terlalu besar namun ramai akan kendaraan.

Sebuah gedung berlantai tiga. Dengan pos satpam disebelah gerbang utama. Pintu basement parkir merupakan bagian paling kanan dari bangunan itu. Di dalam terdapat sebuah masjid berdiri diatas bangunan lantai 2. Sebuah tempat parkir mobil berada di halaman belakang yang memiliki jalan tembus menuju kantin.

Setelah dari basement memarkir kendaraan, tujuan berikutnya adalah ruang pimpinan. Ruang pimpinan berada di lantai satu seperti ruang-ruang administrasi yang lain. Seorang wanita muda berada di depan ruang pimpinan, dia adalah sekretaris pimpinan. Setelah menanyakan tujuan kedatangan, dia pun mempersilakan masuk ke ruang pimpinan yang dimaksud.

Pimpinan terdiri dari empat orang. Masing-masing memiliki ruangan sendiri dengan satu sekretaris pimpinan di depan ruang mereka. Namun di ruang pimpinan itu tersedia ruangan agak besar yang digunakan sebagai tempat rapat. Dan pimpinan yang dimaksud untuk ditemui adalah orang nomor dua yang ‘berkuasa’ di kantor ini.

Memiliki postur tinggi, gagah, berkulit putih dan berkacamata. Pantas menjadi seorang pimpinan yang disegani. Dengan senyum ramahnya, bapak itu menyambut tamu calon bawahannya itu. Setelah tamu memperkenalkan diri dan memberikan surat penempatan, bapak itu memberikan catatan singkat di surat itu. Lalu memintanya menemui seorang kepala bagian yang akan menjadi kepala unit kerjanya.

Ruangan berikutnya yang dituju adalah ruangan yang akan ditempatinya sehari-hari besok. Tempatnya tidak terlalu jauh dari ruangan pimpinan, kira-kira 20 meter. Sebuah papan petunjuk membantunya menemukan ruangan itu.

Ruangan yang tidak terlalu besar namun cukup untuk dihuni empat orang, tiga orang pria dan seorang wanita. Namun kenapa terdapat lima meja dengan lima set komputer diatasnya? Empat meja berpenghuni sedangkan satu meja tanpa penghuni.Terdapat juga sebuah ruangan kecil yang diisi mesin fotokopi dan sebuah rak berisi berkas-berkas. Ada juga ruangan di pojok yang berisi rak-rak yang menyimpan catatan laporan bulanan selama tiga tahun terakhir. Sebuah pendingin ruangan bertengger tepat di depan pintu masuk dengan kalender tergantung di bawahnya.

Dengan senyumnya, wanita yang berusia 50an tahun itu mempersilakan ‘anak baru’ itu masuk dan bertemu dengan kepala unit bagian itu. Setelah membaca surat penempatan yang terdapat catatan dari pimpinan nomor dua, kabag itu memperkenalkan tamu ini sebagai ‘anak baru’ yang akan bersama-sama bekerja setiap harinya kepada penghuni ruangan itu.

Kabag alias pak bos. Berperawakan kecil tinggi. Berusia paling muda diantara empat orang itu. Namun jumlah ‘buntut’ nya ada empat dan itu yang paling banyak. Bersuara keras dan suka bercanda. Seorang pimpinan unit yang tegas dan rajin.

IbuK. Seorang ibu dengan tiga orang anak perempuan. Sudah hampir memasuki masa pensiun beberapa bulan lagi. Itulah sebabnya ‘anak baru’ itu dikirim di unit ini. Ibu yang cerewet dan ceplas ceplos dalam berbicara, namun tidak mengurangi keanggunannya sebagai wanita.

PaKar, sebut saja seperti itu. Tinggi, tegap dan berkulit sawo matang. Duduk dimeja paling pojok menghadap pintu. Orang yang terkesan sedikit menyeramkan jika dilihat dari tampilannya namun sebenarnya suka melucu.

PaWi,orang paling pendiam diruangan ini. Namun tekun dan rapi dalam bekerja. Sifatnya itu sangat sesuai dengan tugas yang diembannya di unit ini, bagian pembukuan atau pengarsipan berkas. Puluhan outner tersusun rapi di ruang arsip adalah hasil kerjanya.  

Dan ‘anak baru’ itu akan menjadi bagian dari kehidupan mereka berempat selanjutnya. Dengan menempati satu set meja yang tidak berpenghuni tadi, ‘anak baru’ ini memulai kehidupan barunya sebagai seorang staf di unit kerja ini.

note: ini cerita fiksi dalam imajinasi ku. kalo mood bakal diterusin ^^